Plesetan Marga Luhut Panjaitan Menjadi Penjahit, FBI Kirim Surat Terbuka ke Bupati Banjarnegara
Pernyataan Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono yang beredar dalam bentuk video yang berdurasi satu menit enam belas detik, pada saat meninjau kondisi protokol pandemi covid dilapangan, tanggal 21 Agustus 2021 lalu sempat menghebohkan dunia maya.
Budhi selaku kepala daerah menyebut marga Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, dengan sebutan penjahit.
Hal itu mendapat respon dari ketua lembaga kemasyarakatan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Forum Batak Intelektual (FBI) Provinsi DKI Jakarta, Manase Sitanggang. Manase membuat surat terbuka kepada bupati Budhi Sarwono, Senin (24/8/2021).
Dalam surat terbuka itu, Manase menjelaskan bahwa Budhi Sarwono telah menyebut menteri Luhut Panjaitan dengan sebutan penjahit secara berulang-ulang.
Sehingga benar-benar mengesankan “ketidaksenangan” Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono yang bukan hanya kepada Menteri Luhut Binsar Panjaitan tetapi juga kepada orang Batak secara umum. Sebab Budhi Sarwono dalam video itu, sebelumnya sudah mengatakan “menteri yang batak itu”, ungkap Manase dalam surat terbuka yang diterima redaksi Sinar Pagi Baru.
Manase menjelaskan, sebagai pejabat publik, Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono sungguh tidak memiliki wawasan kebangsaan atas kebhinekaan budaya bangsa Indonesia yang memiliki keberagaman suku, budaya dan adat istiadat bangsa Indonesia.
Penyebutan Marga Panjaitan menjadi “penjahit” yang berulang-ulang tersebut menurut kami bukan karena Bupati Budhi Sarwono tidak bisa mengucapkan atau membaca kata marga “Panjaitan” secara pengejaan bahasa Indonesia.
Tetapi lebih terkesan pada kesengajaan untuk mengolok-olok, sehingga hal itu telah menimbulkan ketersinggungan orang Batak secara lebih luas, ungkapnya.
Lebih lanjut dia menerangkan, dalam budaya dan adat istiadat orang Batak, marga bagi kami adalah sesuatu yang menunjuk pada kemartabatan sebagai orang Batak, yang harus dijaga kehormatannya dan menjadi identitas kebanggaan yang diturunkan secara turun–temurun dari para leluhur.
Sehingga, sebagai kepala daerah yang mengayomi berbagai lapisan masyarakat, ras, suku dan agama di kabupaten Banjarnegara, pernyataan Bupati Budhi Sarwono sangat kami sayangkan dan tidak pantas untuk diucapkan dihadapan publik karena menciderai etika kebangsaan dan menjadi contoh buruk sebagai pemimpin daerah.
Oleh karenanya, kami sebagai orang Batak yang tergabung dalam Forum Batak Intelektual (FBI) di wilayah DKI Jakarta menyatakan agar Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono meminta maaf secara secara resmi dan terbuka kepada seluruh orang Batak dimanapun berada.
Kemudian meminta Budhi Sarwono untuk membuat pernyataan tidak mengulangi penyebutan Marga Batak dengan plesetan yang terkesan mengolok-olok.