Jurnalis : Dance
GM – Presiden RI, Ir. Joko Widodo dan Menko Luhut Panjaitan serta Menteri BUMN Erick Thohir tidak punya waktu untuk melayani kaum “nyinyires”, oposan dan kelompok anti pemerintah – yang sangat giat mencari cari kesalahan.
Pak Jokowi dan timnya kelewat sibuk untuk meladeni orang orang yang masih sakit hati, gara gara hilang jabatan, seperti RR, SD, RH, Geng HTI, filsuf abal abal RG, dkk. Juga “mahasiswa mahasiswa sialan ?!”, yang baru belajar ngomong dan jadi keledai tunggangan oposisi, bersama keluarga proyek mangkrak Hambalang. Dan juga media media pengadu domba yang tiap hari jualan sensasi dan provokasi, mengejar clickbait, yang diproduksi kelompok “wartawan bodrex”.
Tapi kita punya waktu meladeninya. Ya, kita “Gen-R” : Generasi Rebahan – punya banyak waktu.
Ayo bangkitkan jarimu melawan para “nyinyires” !
Guru bangsa kita, Buya Syafii Ma’arif menilai, saat ini media sosial kita dikuasai oleh kelompok orang bersumbu pendek dan tidak waras. Medsos kini sesak oleh sebaran hoaks – katanya.
Guna meredam hoaks di media sosial ini, Buya Ahmad Syafii minta agar orang-orang waras tidak tinggal diam.
Kita yang waras, mayoritas toleran – yang selama ini banyak diam – harus melawan dan bersuara.
KEPALA NEGARA yang sedang memerintah di Istana kini dipilih oleh 85,6 juta warga yang punya hak suara di pemilu yang coba dilengserkan segelintir warga stress dan gatal berkuasa lagi.
Saya ada di antara pemilih itu. Semoga Anda juga!
Saya, dan kita, tidak memilih presiden untuk dijatuhkan di tengah jalan.
Bahkan juga tidak untuk disalah salahkan. Apalagi difitnah dan dilecehkan!
Kewajaran di negara demokratis dan modern adalah bebas mengritik. Tapi bukan bebas menghina! Apalagi memfitnah!
Saatnya kita menangkal, melawan, dan menyerang balik. Gugat para pengritik nyinyir : apa yang sudah mereka lakukan untuk bangsa dan kontribusinya mengatasi pandemi Corona ini
TAK BISA DISANGKAL, ada banyak elite sakit jiwa, yang berharap pemerintah gagal dan kalah melawan pandemi global ini.
Ada yang girang setiap kali korban Covid 19 naik. Bahkan saat rakyat panik menghadapi pandemi ada yang mengeruk keuntungan dan pamer kemewahan untuk memuaskan naluri hedonisnya. “Bangs*t !!”
Banyak warga kecukupan, pengikut rezim masa lalu, mati nuraninya, masih bermegah megah diri – ketika saudara sebangsanya kehilangan pekerjaan dan harus makan sehari sekali.
Alih alih membantu, malah terus menyalahkan pemerintah yang tengah menghadapi dilema, antara melokalisir penyebaran virus dengan mencegah kerumunan. Atau tetap menghidupkan ekonomi rakyatnya. Membiarkan keramaian di pasar.
Minoritas bising itu sungguh sangat mengganggu. Seperti speaker masjid yang meneror dengan suara sember di pagi buta dan tengah hari.
WAHAI kaum kadrun dan penyinyir. Seharusnya kalian tahu bahwa seluruh dunia gagap menghadapi pandemi Covid 19. Ada 160 negara di muka bumi ini yang terpapar virus Corona, dengan 188,5 juta kasus, 4,06 juta meninggal . 12,1 juta masih menjalani perawatan.
Sebanyak 172,3 juta di antaranya sembuh.
Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Spanyol, Russia; negara negara yang kita anggap paling maju peradaban dan teknologinya – menciptakan mesin perang paling mematikan – sempat tak berdaya, kehilangan jutaan warganya, dengan masing masingnya menghadapi kematian ratusan ribu jiwa. Hilang nyawa akibat virus Corona.
Kota Suci Mekah dan Kabah yang diyakini 1,8 miliar muslim di seantero dunia sebagai Rumah Allah – tak kebal virus dan ditutup. Juga Vatikan dan tembok ratapan di Jerusalem.
Nyaris tak ada wilayah yang lolos dari sergapan virus Covid. Keberuntungan dan waktu saja penentunya. Seharusnya bersyukur mereka yang masih diberi nyawa dan lega nafasnya. Lalu terpanggil membantu yang lain.
KINI sebagian benua Eropa dan Amerika menuju pemulihan karena banyak yang patuh disuntik vaksin sehingga terbentuk “herd immunity”. Kekebakan bersama. Sementara kadrun kadrun bebal di sini menganggap virus tidak ada. Denial. Minoritas bising yang menularkan virus dan merongrong negara. Terus memaksa ibadah berjamaah padahal ibadah di rumah bisa. Kabah aja ditutup!
Pendakwah sombong yang tempo hari menyebut Covid 19 sebagai “tentara Allah” akhirnya sesak nafas juga, ngaku merasa kesakitan dan harus isolasi mandiri.
MAKA ketahuilah, Amerika yang paling menghargai HAM dan nyawa warganya, ada di peringkat teratas sebagai negara korban Covid 19 terbanyak, dengan kehilangan 623 ribu penduduk. Total ada 34,8 juta kasus.
Di urutan ke dua, negeri India, dengan total kasus: 30,9 juta, meninggal: 411.4 ribu dalam perawatan: 436.5 ribu dan sembuh 30.09 ribu.
Di peringkat tiga ada Brasil, dengan total kasus 19.1 juta, meninggal: 535.9 ribu. Sebanyak 845.5 ribu dalam perawatan: Sembuh: 17.7 juta
Selanjutnya Prancis, yang kehilangan 144.492 warga dengan total kasus 5.833.175, masih harus merawat 452.469 wargsnya dan sudah sembuh 5.236.214 jiwa.
Rusia ada di peringkat lima. 5,81 juta kadus, 144 ribu meninggal. Madoh harus merawat 448 ribu warganya. Menyusul Turki yang kehilangan
50.324 warganya, dengan total kasus: 5.493.24 dan masih harus merawat 82.908 waranya
Urutan ke tujuh, Inggris, 8 Argentina,
9. Kolombia, 10. Italia 11. Spanyol
12. Jerman 13 Iran, 14. Polandia.
Barulah Indonesia di urutan 15 dengan 2.615.529 kasus, jumlah meninggal 68.219 orang, sembuh: 2.139.601 dalam perawatan: 407.709 warga.
INDIA dengan prestasi sebagai “juara dua” apakah membuat oposisi dan warganya mendesak perdana menterinya mundur? Saya tidak membacanya.
Sebaliknya, kita sama sama menyaksikan, tayangan video di WA memperliharkan bagaimana petugas lapangan India main tangan dan main gaplok bahkan menggebuk dengan tongkat kepada warga yang membandel tidak pakai masker.
Apakah terjadi juga di sini? Minim sekali. Ada kasus satpol PP yang main tampar penunggu warung makan dan kini dinonaktifkan. Polisi yang mencegat kasar Paspampres diproses.
Warga bebal yang terus dimanja tempo hari diam diam mudik, mengabaikan pesan pemerintah – kini menuai panen kematian.
Virus Corona masih membunuh banyak saudara kita, bahkan kematiannya di peringkat pertama dunia pada hari hari ini. Bukan karena pemerintah salah urus. Tapi karena sebagian warganya bebal dan terus “denial”.
Ada juga yang suka melawan karena menganggap melawan pemerintah dan penguasa itu “keren!”. Yang penting beda dan terus melawan pemerintah. Siapa pun pemerintahnya.
Romantisme kritikus, pengamat dan aktifis nanggung!
Di pihak lain memang ada pihak yang memanfatkan kenaifan dan kebebalan warganya untuk kepentingan politik mereka. Juga untuk bisnis.
Untuk itu kita, GEN-R, generasi rebahan, harus bangkit. Mainkan jari jarimu dan melawan! ***